Cegah Stunting Untuk Menciptakan Bibit Unggul Penerus Bangsa
Jakarta 24/01/2018 #NgobrolTempo sudah beberapa kali membahas masalah Stunting, karena hal ini bukan hal sepele. Stunting atau gagal tumbuh bisa mengakibatkan anak meninggal dunia akibat lambatnya penanganan. Mirisnya lagi Indonesia masuk peringkat lima dunia, ini menjadi tanggung jawab kita semua. Anak penderita stunting, akan kehilangan 11 persen IQ nya dan membuatnya berpenghasilan rendah bila dewasa nanti.
Dulu kita fokus pada berat badan berbanding umur, tapi ternyata indikator ini tidak begitu menggambarkan masalah gagal tumbuh. Ternyata cacingan pun menjadi penyebab utama stunting pada anak. Cacing diperut banyak sekali mencuri makanan, sehingga anak-anak menderita gizi buruk. Sebaiknya memberikan obat cacing setahun dua kali untuk mencegah berkembang biaknya cacing dalam perut.
Tercatat hampir 9 juta anak Indonesia usia di bawah 5 tahun mengalami pertumbuhan tidak maksimal akibat kekurangan gizi kronis. Hal ini bukan hanya berdampak pada kesehatan si anak, tapi berpengaruh juga pada masa depannya kelak. Menunda usia perkawinan dari 15 tahun menjadi minimal 20 tahun akan menurunkan angka stunting sebanyak 20%.
TEMPO memandang stunting sebagao suatu permasalahan yang serius dan perlu diketahui publik, sehingga dengan dukungan Milennium Challange Account-Indonesia (MCA-Indonesia) mengundang tiga tokoh untuk mengulas lebih lanjut tentang stunting. Faisal Jala, Sri Enny Hartati,,dan Yanuar Nugroho (Deputi II Kepala Staf Kepresidenan). Direktur Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (PKGNM) MCA-Indonedia, Iing Mursalin juga hadir untuk berbagi pembelajaran dari pelaksanaan PKGBM.
Sedih juga mendengar Indonesia masuk peringkat 5 dunia anak-anak penderita stunting. Ini menjadi tugas kita bersama untuk mengurangi anak-anak penderita stunting.
Penyebab Stanting di Indonesia yang multidimensional, yaitu sebagai berikut
● Praktik pengasuhan yang tidak baik
-Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
-55 persen dari anak usia 0-6 bulan tidak menerima Air Susu Ibu (ASI) ekslusif (Susenas, 2015)
-1 dari 3 anak usia 6-33 bulan tidak menerima Makanan Pendamping-ASI (MP-ASI),yang tepat (SDKI,2012)
● Kurangnya akses ke bahan makanan bergizi
-1 daei 3 ibu hamil anemia
-bahan makanan mahal (komoditas makanan di Jakarta 94% lebih mahal dibandingkan dengan New Delhi, India, serta buahbdan sayuran di Indonesia lebih mahal dari di Singapura.
● Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC, PNC, dan pembelajaran dini berkualitas
-1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di PAUD
-2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang memadai
-menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013)
-tidak mendapat akses yang memadai ke layanan inunisasi
● Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
-1 dari 5 rumah tangga masih BAB di ruang terbuka
-1 dari 3 rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih
Stanting bisa dicegah
1. Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, suplementasi zat gizi (tablet zat besi atau Fe), dan terpantau kesehatannya.
2. ASI ekslusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya.
3. Memantau pertumbuhan balita diposyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
4. Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.
Artikelx penting banget disebarluaskan agar lebij banyak orang yang tabu ttg Stunting ya g ternyata sgt berbahaya
BalasHapus