Hanya Butiran Debu
Gw adalah orang yang tidak pernah melihat ke belakangMungkin ini adalah salah satu sikap untuk melindungi diri yang terbentuk secara alami untuk pertahanan hidup. Gw sering merenung dan mengingat satu persatu kejadian yang terjadi selama 35 tahun. Kejadian yang membuat kenangan buruk saat usia lima tahun, yang mungkin gak aku beberkan kepada orang. Masalah demi masalah harus gw lalui, mungkin sudah sejak kecil terbiasa menyelesaikan masalah sendiri.
Keadaanlah yang membuat diri ini mencoba dewasa dan bertahan. Hingga sekarang saat usia memasuki usia 41 tahun, gw baru sadar, ada trauma yang tidak bisa disembuhkan. Qw selalu takut sama ibu sendiri, dan gw merasa selalu saja salah dimatanya meski yang gw lakukan benar. Gw seperti bukan anak yang dilahirkan olehnya, dan itu yang dikatakan oleh alm suami. Melihat perlakuannya terhadap gw sangat berbeda dengan perlakuan kepada kedua adik-adik.
Tapi gw hanyalah seorang anak, tidak pantas mempunyai penilaian buruk terhadap orang yang telah melahirkan gw. Apalagi perjuangan hidupnya juga tidak mudah, mendapatkan suami yang kasar dan tidak bertanggung jawab. Juga harus berjuang sendiri, untuk menghidupi ketiga anak-anaknya. Gw merasa perlakuannya yang berbeda adalah wajar, mungkin pelampiasan kemarahannya. Sebagai anak pertama, gw harus siap menerima dengan lapang dada.
Ketika remaja, gw harus menerima hinaan dari orang-orang termasuk keluarga sendiri. Tapi gw berlapang dada menerima semua itu, memang harus diterima penilaian buruk orang-orang itu terhadap gw. Anehnya gw bisa sabar dan sabar, tidak ada terbersit perasaan frustasi. Saat remaja pun sudah rusak dan terkoyak, tapi gw masih bisa santai. Apa gw memang gak normal, apa harus konsultasi ke psikiater. Selalu santai dan sabar menghadapi setiap masalah dan cobaan hidup.
Saat menikah pun, qw pikir cobaan tidak akan ada lagi. Ternyata gw salah, gw harus menerima semua perlakuannya. Masih aja gw terima dengan sabar malahan rasa cinta dan kasih sayang gw terhadapnya tidak pernah berkurang, yang ada terus bertambah. Kesabaran gw ini membuahkan hasil, dia pun semakin sayang terhadap gw. Hingga batas usianya pun, dia selalu memanjakan dan selalu ingin bersama.
Saat gw menuliskan ini, ketika gw merasa putus asa terhadap diri sendiri dan harus intropeksi diri. Dan gw merasa Hanya butiran debu, yang mengikuti arah angin yang berhembus. Qw gak akan pernah melihat kebelakang, tapi gw adalah orang yang cepat terluka tidak bisa melupakan setiap goresan yang terukir dihati. Mungkin gw memang penyabar, tapi gw juga seorang pendendam.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar setelah selesai membaca.