Dari Penyintas Menjadi Relawan, Mariana Pengedukasi Hak dan Kesehatan Seksual Anak
Sebagai orangtua pasti punya kekhawatiran terhadap kasus-kasus pelecehan yang marak terjadi. Parahnya lagi kejadian banyak yang terjadi di desa bahkan kota-kota besar. Korbannya pun kebanyakan anak dibawah umur dan pelaku orang dewasa bahkan yang bisa dianggap sebagai kakek nya. Mirisnya korban kebanyakan adalah anak yang kurang dari perhatian orangtua nya. Mereka bermain diluar sedangkan orangtua nya sibuk bekerja. Kemudian si anak di iming-imingi uang jajan Rp 2 ribu, dan dibawa ke tempat yang sunyi. Sebenarnya banyak anak-anak usia dibawah umur yang menjadi korban tetapi mereka tidak berani speak up. Padahal kalau salah satu korban berani bercerita pada ibu atau siapa pun, pasti korbannya tidak hanya satu.
Traumatis Korban Pelecehan Seksual
Kebetulan di sekitar rumah, anak tetangga menjadi korban dan mirisnya hampir semua anak seusia 5 tahun yang menjadi korban. Sedihnya lagi ini merupakan kasus yang kedua kalinya, kasus yang pertama berjalan damai. Sehingga keluarga korban akhirnya memilih pindah rumah, untuk menghindari trauma. Anak korban pelecehan seksual dapat mengalami PTSD, yang ditandai dengan gejala selalu teringat atau terbayang kejadian buruk saat terjadi pelecehan, mimpi buruk, kecemasan yang berkepanjangan ketika menghadapi situasi yang mengingatkan mereka pada pengalaman traumatis.
Mariana Yunita Hendriyani Opat, salah satu pemuda yang lahir di Kupang Nusa Tenggara Timur, founder Tenggara Youth Community di NTT. Mariana yang akrab disapa Tata ini juga menjadi penyintas meski pahit pengalaman yang pernah di deritanya, tidak menyurutkan semangatnya untuk membagikan ilmu seputar edukasi kesehatan seksual dan reproduksi. Rencananya untuk membantu dan membuat kehidupan anak-anak menjadi lebih baik sangat menyentuh hati. Padahal banyak sebagian orang yang menutup mata dengan kasus seperti ini. Dengan alasan malas beurusan dengan hukum, dan membuat mereka tidak peduli.
Edukasi Pelecehan Kekerasan Seksual Menjadi Tanggung Jawab Bersama
Padahal kesadaran masyarakat akan bahaya kekerasan dan pelecehan seksual sangatlah penting, ini merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama. Kalau ditelusuri berdasarkan data dari Kemenpppa, tercatat sejak Januari 2024 hingga sekarang ada 19.890 kasus (4326 korban laki-laki dan 17246 korban perempuan). Menjadi penyintas, Tata paham betul betapa menakutkannya menjadi korban kekerasan seksual. Tenggara Youth Community kebanyakan relawan yang tergabung adalah penyintas. Tenggara sendiri mempunyai jaringan yang bisa membantu teman-teman yang sedang mengalami kekerasan seksual.
Membangun Tenggara Youth Community tidak lah mudah jatuh bangun. Ketika bertemu atau mengunjungi suatu kelompok Anak-anak atau remaja. Tata akan membuka diskusi dengan pengalaman dan latar belakangnya. Tata dan para relawan yang aktif di Tenggara akan melakukan wawancara. Terkadang wawancara seperti ini yang membuka wawasan kita untum lebih mengetahui tentang kekerasan seksual. Pada akhirnya berawal dari sini, banyak relawan yang bergabung. Mariana Founder Tenggara Youth Community, melahirkan Bacarita Kespro menemukan dari 500 remaja di NTT, sebagian besar tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan komunitas untuk menceritakan persoalan pendidikan seksual. Angka ini selaras dengan beragam persoalan lainnya, seperti kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan diluar nikah dikalangan remaja NTT.
Bacarita Kespro hadir karena minimnya pengetahuan tentang hak-hak korban
Tata mengatakan, masih banyak anak putus sekolah karena dikeluarkan oleh sekolah, saat menghadapi kasus kehamilan diluar pernikahan dan menyedihkannya lagi orangtua mereka tidak melakukan perlawanan karena ketidaktahuan mereka memgenai hak-hak dan kebutuhan remaja. Berawal dari sini lah Bacarita Kespro hadir, bacarita diambil dari bahasa melayu Kupang. Program ini memberikan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi untuk anak remaja dengan metode pembelajaran inovatif, seperti mendongeng, permainan edukasi dan alat peraga. Target program ini adalah remaja yang berasal dari kelompok poor, marginal, social exclude, dan underserved. Saat ini program Bacarita Kespro telah merangkul 2000 remaja dari 43 komunitas di provinsi di seluruh NTT. Jangkauan ini mencakup kota Kupang, Desa Oeseo di kabupaten Kupang, Desa Neke di kabupaten Timor Tengah Selatan dan Pulau Kera di kabupaten Sumba Timur bersama Kopernik. Selain itu, untuk meluaskan akses edukasi pendidikan seksual, Bacarita Kospre beekolaborasi dengan BKKBN, Komisi Penanggulangan AIDS serta Woman For Indonesia.
Dengan perjuangan yang tidak mudah ini, Mariana Yunita Hendriyani Opat dinobatkan sebagai salah satu penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards 2020. Semoga semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli lagi akan edukasi hak dan kesehatan seksual anak. Agar target pemerintah Indonesia Emas 2045 menjadi tercapai, tidak ada lagi anak-anak yang hamil di usia muda dan diluar nikah.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar setelah selesai membaca.