Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Cibodas 3019 Mdpl
Pendakian ketiga ini adalah ke Gunung Pangrango 3019 mdpl dengan jumlah hanya 13 orang, dengan sistem sharecost (patungan). Pendakian kali ini berawal dari ide @Darmawan99 (akun instagramnya sila kepoin akunnya, doi sering kali bikin acara naik gunung). Kali ini berangkat dari terminal kampung rambutan, kami bertujuh Saya, Cinde, Clara, Tika, Darmawan, Juli dan Tio sedangkan yang enam orang lagi berangkat duluan dari rumahnya masing-masing.
Dengan meggunakan bis Marita jurusan Cianjur, tarifnya Rp. 25,000/orang. Perjalanan dari kampung rambutan ke Cibodas memakan waktu kurang lebih 3 jam. Dari Kampung rambutan berangkat pukul 24.00 wib dan tiba di Cibodas sekitar pukul 03.00 wib, waktu sedikit molor dari yang ditentukan. Awalnya kumpul di Kampung Rambutan pukul 22.00 wib tapi karena menunggu kumpulnya peserta, akhirnya berangkat pukul 24.00 wib maklum lah karena mereka terjebak macet dan juga dari Bekasi.
Sepanjang perjalanan Saya tertidur pulas, walau awalnya ngobrol sebentar dengan Clara. Pas mata ini terbuka sudah memasuki kawasan puncak dan hanya beberapa menit lagi sampai di pertigaan Cibodas. Dari pertigaan Cibodas, kami menyewa angkot sampai basecamp Rp 110.000. Kami menginap di Khatumbiri, cafe yang menyediakan minuman hangat seperti kopi, teh tubruk, susu jahe sereh, mi rebus, roti bakar, nasi goreng dan masih banyak lagi menu spesial lainnya.
Di Khatumbiri juga disediakan tempat untuk istirahat, tapi Saya dan sebagian peserta perempuan tidak bisa tidur lagi. Sedangkan peserta laki-laki nya tertidur pulas kembali, akhirnya rencana mendaki pukul 06.00 pagi molor 2 jam kembali pukul 08.00 wib. Dan lagi ada logistik yang harus dibeli, sayangnya tukang sayur yang menjual macam-macam sayuran belum buka. Untungnya dekat parkiran ada yang menjual wortel, brokoli, dan cabe. Untuk melengkapi logistik akhirnya Saya dan Clara membeli brokoli, cabe, labu siam dan wortel juga tempe yang dibeli oleh Bang Jaya.
Baca juga http://www.tatisuherman.com/2017/11/backpaker-ke-curug-ciepeteuy-bogor.html.
Akhirnya setelah semua di packing ulang dan persiapan dilengkapi, kami menuju pos registrasi pukul 08.00 wib dan waktu pendakian yang dicatat oleh Cinde (Saya gak sempat memperhatikan waktu, saat pendakian sibuk foto-foto ☺) sebagai berikut :
08.00 wib Registrasi
8.30 wib Jembatan Goyobong
09.00 wib Pos 1
10.00 wib Rawa Denok 1
10.25 wib Rawa Denok 2
10.35 wib Batu Kukus 1
11.00 wib Batu Kukus 2
12.00 wib Air Panas
13.00 wib Kandang Batu
14.00 wib Kandang Badak
Ditengah perjalanan, hujan rintik-rintik mulai turun pertama kali nya mendaki diiringi hujan (kenikmatan yang hakiki). Sesampai nya di Kandang Badak hujan pun tambah deras. Akhirnya kami berteduh di warung kebetulan menjual kopi, teh, pop mie dan gorengan (luar biasa ya di digunung ada warung) soal harga wajar lah ya mahal sedikit karena jarak nya tempat berjualan dan pasar butuh perjuangan banget. Harga pergelas kopi dibandrol 5 ribu rupiah dan gorengan 2 ribu rupiah tapi lumayan buat menghangatkan tubuh yang sedang kedinginan.
Setelah hujan agak reda, kami mendirikan tenda. Sayang sekali kami mendapatkan lokasi yang tanahnya agak miring, karena dintanah yang datar sudah banyak sekali tenda-tenda yang didirikan pendaki lain. Saat itu memang pendakian sangat ramai sekali. Saya juga banyak menjumpai pendaki dari pelajar pecinta alam, yang kebetulan sedang melatih anggota baru nya. Bangga juga sih melihat anak belasan tahun mengisi waktu diluar jam sekolah dengan kegiatan positif (andai kedua putriku seperti mereka).
Tiga tenda pun berhasil didirikan, 2 tenda untuk kami tidur dan 1 tenda untuk menyimpan kerir (tas khusus untuk mendaki gunung). Seperti biasa Saya membantu memasak makanan sederhana namun mempunyai citarasa yang luar biasa. Masak brokoli dan wortel pakai cabe rawit dan saori saus tiram (tanpa garam karena lupa bawa hehehe) saja sudah enak. Kalau di gunung apapun yang dimasak semua akan terasa nikmat. Masak nasi kurang matang juga tetap nikmat, memang kami harus makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein juga berkalori untuk menambah tenaga menuju summit (puncak).
Awalnya kami ingin mendirikan tenda di Mandalawangi tetapi semua sebagian peserta sudah kelelahan, akhirnya diputuskan mendirikan tenda di Kandang Badak lalu summit pukul 03.00 wib nanti. Setelah selesai masak Saya pun masuk ke tenda, tapi tempat tidur favorit berada di tanah yang miring, alhasil tidur pun tidak nyenyak seperti di Gunung prau http://www.tatisuherman.com/2017/08/pendakian-pertamaku-di-gunung-prau.html dan Gunung Sumbing http://www.tatisuherman.com/2017/10/pendakian-kedua-ku-ke-gunung-sindoro.html .
Pukul 02.00 wib Saya pun sudah terbangun dan merasakan dingin yang menusuk, ada Tobi, Bang Jaya, Moses, dan Darmawan (sepertinya mereka tidak tidur) yang juga sudah bangun kami langsung masak mi instan dicampur dengan brokoli semalam, mantap sekali rasanya. Akhirnya pukul 04.30 kami berlima (Saya, Bang Jaya, Rizqi, Tobi dan Moses) melanjutkan pendakian menuju puncak Pangrango 3019 mdpl. Pantas ya disebut GePang (Gede Pangrango) ternyata dipertigaan ada 2 jalur yang kiri ke Gede dan yang kanan ke Pangrango.
Waktu pendakian diperkirakan tiga jam setengah, karena memang jalurnya yang lumayan sulit banyak pohon tumbang yang megharuskan kami kadang menunduk atau melompat dan agak sesikit licin karena bekas tertimpa hujan. Ternyata Darmawan, Tika, dan Tio menyusul kami. Ditengah perjalanan menuju puncak ada beberapa tenda yang kami lewati,bahkan mereka menawarkan minum teh hangat dulu. Bersyukur yang tadinya perut keroncongan dan dingin bisa makan sedikit cemilan dan teh hangat dari mereka, kalau sudah rezeki memang tidak kemana biarkan di atas gunung walau hanya berupa cemilan dan segelas teh hangat tetap harus disyukuri.
Tubuh pun terasa segar kembali, Saya, Tika dan Bang Jaya melanjutkan perjalanan sedang yang lainnya sudah duluan. Akhirnya sampai juga di puncak dan disana sudah ada para pelajar pecinta alam. Puas mengabadikan momen (memang dipuncak tidak ada pemandangan yang bagus) kami melanjutkan perjalanan menuju Manadalawangi, dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit dari puncak. Disini lah surga nya, lelah, letih, lapar, dan dingin terbayarkan oleh hamparan padang rumput yang dihiasi oleh bunga edelweis.
Ternyata Abas juga menyusul kami, puas beristirahat dan mengambil beberapa foto kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak. Antara mendaki dan menuruni gungung meang mempunyai selisih waktu tempuh yang lumayan juga. Jika mendaki Saya membutuhkan sekitaran tiga setengah sedangkan disaat turun Saya hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam.
Teman-teman yang tidak summit (Clara, Juli dan Cinde) menyiapkan makanan untuk sarapan. Kembali hujan turun, yang akhirnya Saya kembali kedinginan. Beruntung kami menyiapkan logistik banyak ada spicy wing, mi rebus, snack, kopi (sayang lupa bawa teh). Pukul 15.30 wib kami pun beranjak turun menuju Khatumbiri, menembus hujan yang memang awet. Saya, Cinde, Tobi, Tika, Juli, Moses, dan Rizqi berhasil sampai duluan. Sampai di pos registrasi sekitar pukul 19.00 wib. Bang Jaya menggunakan jasa porter ( yang membantu membawakan kerir dengan jasa yang harus dibayar 150 ribu rupiah).
Sampai di Cafe Khatumbiri Saya langsung memesan susu jahe sereh, karena cuaca terasa sangat dingin sekali sampai tidak sanggup mandi. Oh iya, di Kandang Badak juga tersedia kamar mandi umum dan mushola. Setelah membeli keripik tempe (oleh-oleh yang dijual di Cibodas) dan Tshirt Gepang (Gede Pangrango) pukul 21.00 wib kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Jakarta. Seperti waktu datang kami menggunakan angkot (kali ini sepuluh ribu/orang) dan bis Marita (dengan harga tetap jauh dekat 25 ribu/perorang) sedangkan Abas dan Rizqi naik motor karena mereka dari Jakarta naik motor.
Saya juga mengabadikan momen di Pangarango di link youtube TatiSuherman https://youtu.be/DnaOueS2Oi4 sila di subcribe dan Like ya.
Bersyukur bisa mencapai summit
Dengan meggunakan bis Marita jurusan Cianjur, tarifnya Rp. 25,000/orang. Perjalanan dari kampung rambutan ke Cibodas memakan waktu kurang lebih 3 jam. Dari Kampung rambutan berangkat pukul 24.00 wib dan tiba di Cibodas sekitar pukul 03.00 wib, waktu sedikit molor dari yang ditentukan. Awalnya kumpul di Kampung Rambutan pukul 22.00 wib tapi karena menunggu kumpulnya peserta, akhirnya berangkat pukul 24.00 wib maklum lah karena mereka terjebak macet dan juga dari Bekasi.
Camp di Kandang Badak
Sepanjang perjalanan Saya tertidur pulas, walau awalnya ngobrol sebentar dengan Clara. Pas mata ini terbuka sudah memasuki kawasan puncak dan hanya beberapa menit lagi sampai di pertigaan Cibodas. Dari pertigaan Cibodas, kami menyewa angkot sampai basecamp Rp 110.000. Kami menginap di Khatumbiri, cafe yang menyediakan minuman hangat seperti kopi, teh tubruk, susu jahe sereh, mi rebus, roti bakar, nasi goreng dan masih banyak lagi menu spesial lainnya.
Persinggahan Panyangcangan
Di Khatumbiri juga disediakan tempat untuk istirahat, tapi Saya dan sebagian peserta perempuan tidak bisa tidur lagi. Sedangkan peserta laki-laki nya tertidur pulas kembali, akhirnya rencana mendaki pukul 06.00 pagi molor 2 jam kembali pukul 08.00 wib. Dan lagi ada logistik yang harus dibeli, sayangnya tukang sayur yang menjual macam-macam sayuran belum buka. Untungnya dekat parkiran ada yang menjual wortel, brokoli, dan cabe. Untuk melengkapi logistik akhirnya Saya dan Clara membeli brokoli, cabe, labu siam dan wortel juga tempe yang dibeli oleh Bang Jaya.
Baca juga http://www.tatisuherman.com/2017/11/backpaker-ke-curug-ciepeteuy-bogor.html.
Jalurnya lumayan menanjak
Akhirnya setelah semua di packing ulang dan persiapan dilengkapi, kami menuju pos registrasi pukul 08.00 wib dan waktu pendakian yang dicatat oleh Cinde (Saya gak sempat memperhatikan waktu, saat pendakian sibuk foto-foto ☺) sebagai berikut :
08.00 wib Registrasi
8.30 wib Jembatan Goyobong
09.00 wib Pos 1
10.00 wib Rawa Denok 1
10.25 wib Rawa Denok 2
10.35 wib Batu Kukus 1
11.00 wib Batu Kukus 2
12.00 wib Air Panas
13.00 wib Kandang Batu
14.00 wib Kandang Badak
Kandang Batu
Ditengah perjalanan, hujan rintik-rintik mulai turun pertama kali nya mendaki diiringi hujan (kenikmatan yang hakiki). Sesampai nya di Kandang Badak hujan pun tambah deras. Akhirnya kami berteduh di warung kebetulan menjual kopi, teh, pop mie dan gorengan (luar biasa ya di digunung ada warung) soal harga wajar lah ya mahal sedikit karena jarak nya tempat berjualan dan pasar butuh perjuangan banget. Harga pergelas kopi dibandrol 5 ribu rupiah dan gorengan 2 ribu rupiah tapi lumayan buat menghangatkan tubuh yang sedang kedinginan.
Setelah hujan agak reda, kami mendirikan tenda. Sayang sekali kami mendapatkan lokasi yang tanahnya agak miring, karena dintanah yang datar sudah banyak sekali tenda-tenda yang didirikan pendaki lain. Saat itu memang pendakian sangat ramai sekali. Saya juga banyak menjumpai pendaki dari pelajar pecinta alam, yang kebetulan sedang melatih anggota baru nya. Bangga juga sih melihat anak belasan tahun mengisi waktu diluar jam sekolah dengan kegiatan positif (andai kedua putriku seperti mereka).
Anak PEPALA (Pelajar Pecinta Alam) SMK 15 Jakarta
Tiga tenda pun berhasil didirikan, 2 tenda untuk kami tidur dan 1 tenda untuk menyimpan kerir (tas khusus untuk mendaki gunung). Seperti biasa Saya membantu memasak makanan sederhana namun mempunyai citarasa yang luar biasa. Masak brokoli dan wortel pakai cabe rawit dan saori saus tiram (tanpa garam karena lupa bawa hehehe) saja sudah enak. Kalau di gunung apapun yang dimasak semua akan terasa nikmat. Masak nasi kurang matang juga tetap nikmat, memang kami harus makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein juga berkalori untuk menambah tenaga menuju summit (puncak).
Awalnya kami ingin mendirikan tenda di Mandalawangi tetapi semua sebagian peserta sudah kelelahan, akhirnya diputuskan mendirikan tenda di Kandang Badak lalu summit pukul 03.00 wib nanti. Setelah selesai masak Saya pun masuk ke tenda, tapi tempat tidur favorit berada di tanah yang miring, alhasil tidur pun tidak nyenyak seperti di Gunung prau http://www.tatisuherman.com/2017/08/pendakian-pertamaku-di-gunung-prau.html dan Gunung Sumbing http://www.tatisuherman.com/2017/10/pendakian-kedua-ku-ke-gunung-sindoro.html .
Pukul 02.00 wib Saya pun sudah terbangun dan merasakan dingin yang menusuk, ada Tobi, Bang Jaya, Moses, dan Darmawan (sepertinya mereka tidak tidur) yang juga sudah bangun kami langsung masak mi instan dicampur dengan brokoli semalam, mantap sekali rasanya. Akhirnya pukul 04.30 kami berlima (Saya, Bang Jaya, Rizqi, Tobi dan Moses) melanjutkan pendakian menuju puncak Pangrango 3019 mdpl. Pantas ya disebut GePang (Gede Pangrango) ternyata dipertigaan ada 2 jalur yang kiri ke Gede dan yang kanan ke Pangrango.
Pendakian ke Gede Pangrango banyak sumber air nya bahkan sampai di Mandalawangi
Waktu pendakian diperkirakan tiga jam setengah, karena memang jalurnya yang lumayan sulit banyak pohon tumbang yang megharuskan kami kadang menunduk atau melompat dan agak sesikit licin karena bekas tertimpa hujan. Ternyata Darmawan, Tika, dan Tio menyusul kami. Ditengah perjalanan menuju puncak ada beberapa tenda yang kami lewati,bahkan mereka menawarkan minum teh hangat dulu. Bersyukur yang tadinya perut keroncongan dan dingin bisa makan sedikit cemilan dan teh hangat dari mereka, kalau sudah rezeki memang tidak kemana biarkan di atas gunung walau hanya berupa cemilan dan segelas teh hangat tetap harus disyukuri.
Lelah kami terbayar di Mandalawangi dari kiri Tio, Tobi & Moses (masih duduk di SMK kelas 2), Saya dan Tika dok. Tika
Jangan lupa bawa bendera merah putih dari kiri ada Tika yang sibuk dengan kamera, Tio yang tiduran, Abas yang megang bendera, Rizqi, Saya dan Darmawan dok. Team 13
Tubuh pun terasa segar kembali, Saya, Tika dan Bang Jaya melanjutkan perjalanan sedang yang lainnya sudah duluan. Akhirnya sampai juga di puncak dan disana sudah ada para pelajar pecinta alam. Puas mengabadikan momen (memang dipuncak tidak ada pemandangan yang bagus) kami melanjutkan perjalanan menuju Manadalawangi, dengan waktu tempuh kurang lebih 10 menit dari puncak. Disini lah surga nya, lelah, letih, lapar, dan dingin terbayarkan oleh hamparan padang rumput yang dihiasi oleh bunga edelweis.
Suka banget sama foto candidnya Bang Abas (orangnya gak jelas jutek banget sama Saya) tapi makasih ya.
Ternyata Abas juga menyusul kami, puas beristirahat dan mengambil beberapa foto kami pun melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak. Antara mendaki dan menuruni gungung meang mempunyai selisih waktu tempuh yang lumayan juga. Jika mendaki Saya membutuhkan sekitaran tiga setengah sedangkan disaat turun Saya hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua jam.
Teman-teman yang tidak summit (Clara, Juli dan Cinde) menyiapkan makanan untuk sarapan. Kembali hujan turun, yang akhirnya Saya kembali kedinginan. Beruntung kami menyiapkan logistik banyak ada spicy wing, mi rebus, snack, kopi (sayang lupa bawa teh). Pukul 15.30 wib kami pun beranjak turun menuju Khatumbiri, menembus hujan yang memang awet. Saya, Cinde, Tobi, Tika, Juli, Moses, dan Rizqi berhasil sampai duluan. Sampai di pos registrasi sekitar pukul 19.00 wib. Bang Jaya menggunakan jasa porter ( yang membantu membawakan kerir dengan jasa yang harus dibayar 150 ribu rupiah).
Sampai di Cafe Khatumbiri Saya langsung memesan susu jahe sereh, karena cuaca terasa sangat dingin sekali sampai tidak sanggup mandi. Oh iya, di Kandang Badak juga tersedia kamar mandi umum dan mushola. Setelah membeli keripik tempe (oleh-oleh yang dijual di Cibodas) dan Tshirt Gepang (Gede Pangrango) pukul 21.00 wib kami melanjutkan perjalanan pulang menuju Jakarta. Seperti waktu datang kami menggunakan angkot (kali ini sepuluh ribu/orang) dan bis Marita (dengan harga tetap jauh dekat 25 ribu/perorang) sedangkan Abas dan Rizqi naik motor karena mereka dari Jakarta naik motor.
Saya juga mengabadikan momen di Pangarango di link youtube TatiSuherman https://youtu.be/DnaOueS2Oi4 sila di subcribe dan Like ya.
Keren ka Tati .. Mau dunk d ajak mucuk..
BalasHapusInfonya manfaat banget.. (aku ada rencana k sana..) hehehe..
Keren ka Tati .. Mau dunk d ajak mucuk..
BalasHapusInfonya manfaat banget.. (aku ada rencana k sana..) hehehe..
Asyikkkk... mpok tati traveling teruss...
BalasHapusnnt ajak2 saja ya :)
wow..mak keren kali dirimu, aku seumur hdp belum pernah naik gunung hehe, serunya maakkk
BalasHapusMakasih infonya. Jd pngen k situ juga. Udahpun lokasinya gak jauh dari Jakarta
BalasHapusKeren mak,,,, baca Aja Aku udah senang mudah2an bisa ya Naik gunung kyk dikau
BalasHapusAsyiknya mendaki gunung ya. Di sini ragam flora dan faunanya berupa apa?
BalasHapusWah hebat ya mendaki gunung dalam beberapa jam, butuh fisik dan stamina yang oke nih
BalasHapusMb Tati keren banget bisa naik gunung. Pengen naik gunung tapi belum berani...
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi info dan pengalaman nya, di tunggu posting selanjut nya
BalasHapusMpoook, sekarang jadi anak gunung sejati, aku siriiiik huhuhu
BalasHapusDulu aku pernah trekking sampe Cibereum doang. Eh bener gag sih namanya, lupa banget soalnya udah lama. 😂😂
BalasHapusDulu aku pikir naik gunung itu gampang lah.. Apalagi mantanku sebelumnya pendaki gunung pro yg makanannya udh gunung2 semacam carsten dan everest. Apa daya yaaa, pas nyobain naik puncak sikunir dieng aja, aku lgs sesak napas wkwkwkwk.. Apalah lagi naik gunung kyk kamu mba -_- . Beneran hrs ngelatih fisik dulu itu mah..
BalasHapus