Hikmah Dibalik Kematian
Setelah mendengar kata-kata yang diucapkan dokter, saat itu anak-anakmu, adik, kaka, mertuamu sedang mengelilingimu di ranjang tempatmu terbaring lemah dan tepat berada disamping wajahmu sambil ku bisikan "LA ILLAHA ILLAH"menuntunmu mengucapkan asma Allah. Dengan lembut dokter mengusap tanganku dan berkata "yang sabar ya bu, bapak sudah ga ada" reflek mulut ini pun mengucap "Ibu ikhlas pa, kita serahkan semuanya kepada Allah, mungkin ini yang terbaik untuk kita. Kematian mu adalah pilihan terbaik yang diberikan Sang Kholik untuk keluarga kita, karena pasti ada hikmah yang bisa diambil dari kematian.
Hari minggu, 20 Januari 2019 empat hari menjelang kematianmu, aku sudah mendapatkan firasat engkau akan meninggalkan dunia ini. Aku pun mengutarakan firasatku kepadamu "Pa.. Ibu belum sanggup, kalau ditinggalkan bapak saat ini kasian anak-anak Pa masih butuh perhatian dan biaya". Apalagi anak-anakmu begitu dekat denganmu, karena kamu bukan hanya seorang bapak untuk mereka, tapi kamu juga seorang teman dan sahabat untukku dan anak-anak. Kamu hanya mengucapkan "semua manusia pasti akan mati bu dan ga usah takut karena udah Allah yang ngatur". Tidak lupa aku pun meminta maaf kepadanya sambil menciuminya dan memeluknya.
Senin pagi nya aku mengajakmu ke puskesmas, jujur perasaan takut sekali setelah mendapatkan firasat tentang kematianmu. Setelah dokter memeriksa dan menensi darah yang 185/120 menyarankan untuk selalu kontrol dan minum obat darah tinggi. Dokter memberikan obat darah tingi, obat batuk dan obat pilek. Lalu aku membelikanmu bubur agar kau makan sebelum meminum obat dari puskesmas.
Biasanya setelah minum obat dari puskesmas, kamu merasa baikan tapi ini malah sebaliknya. Kamu terus mengeluh dan merasa kamu semakin parah. Akhirnya rabu malam kita ke klinik dan dokter klinik memberikan rujukan ke rumah sakit. Saat itu kamu mengeluh kedua kaki dan tangan pada baal dan lemas juga pandanganmu ada dua. Sampai dirumah sakit husada (rumah sakit swasta), dokter senior hanya menyarankan memanfaatkan faskes pemerintah saja dan berobat jalan setelah diperiksa motorikmu bagus. Dan menjelaskan prosedur yang berlaku untuk BPJS, padahal dokter muda menyarankan akan menyuntik, tetapi setelah itu dojter senior itu memberikan pilihan mau dilanjut apa tidak pengobatannya. Akhirnya aku memutuskan membawamu pulang karena tidak puas dengan pelayanan rumah sakit itu.
Aku menawarkan untuk membawamu kerumah sakit lain salah satunya IGD milik pemerintah. Tapi kamu menolaknya dan meminta besok pagi saja serta merasa masih kuat. Akhirnya kita pun pulang kerumah, tetapi kamu sudah gelisah dan semakin malam kondisimu bertambah drop. Dengan kondisimu yang begitu kamu masih bisa memelukku dengan erat hingga napasku merasa sesak. Andai aku tau itu pelukan yang terakhirmu, aku takkan melepaskan pelukan itu meski sulit bernapas dan tanpa kusadari airmata ini pun meleleh dalam pelukanmu.
Kamis, 24 jam tiga pagi, aku membawamu ke IGD di jalan madu, tapi sampai disana dokter menyarankan dibawa kerumah sakit tingkat 1. Akhirnya kamu kubawa ke Tarakan dan disana kamu langsung diperiksa. Dokter disana sangat sigap, kamu pun masih bisa mengeluh pada dokter meski bicara mu sudah pelo dan masih mengingat sholat. Tetapi kondisi malah tambah drop, mata pun terpejam terus hanya mengangguk dan menggerakkan tangan juga kaki karena merasa pegal-pegal.
Setelah dicek darah, di ronsen dan diberi obat, pukul 12 siang kamu di over ke ruang IW, diman disana diberikan pengobatan secara intensif dan tidak boleh ditunggui olehku. Dokter menjelaskan bahwa jantung kamu sudah bengkak. Ketika jam besuk, kamu masih merespon kami. Saudara-saudaramu yang dari Bogor, Prumpung dan Klender pun bergantian besuk. Karena ada peraturan yang harus ditaati ketika jam besuk. Selesai jam besuk (7 malam) kamu masih baik-baik aja, malahan kamu mengangguk ketika kubisikan "Bapak sekarang lagi disayang Allah, yang sabar ya Pa, kita serahkan saja semua kepada Allah ya Pa, jangan putus menyebut nama Allah ya Pa".
Dari situ kami semua tidak henti-henti berdoa dan menunggu diruang tunggu untuk keluarga pasien yang disediakan oleh pihak rumah sakit Tarakan Jakarta. Jumat, 25 Januari 2019 jam 1 pagi aku dipanggil oleh dokter karena napas mu semakin sesak dan memberimu bantuan oksigen dan menyuruh agar semua keluarga berkumpul. Aku terus menerus menangis dan menunaikan sholat Hajat memohon Kepada Allah swt agar menyembuhkan sakitmu. Dalam sholat pun terlintas bayanganmu yang terbungkus kain kafan.
Dalam doa pun ku panjatkan "memohon memberikan yang terbaik, apapun itu aku akan ikhlas menerimanya". Jam 3 pagi kami diperbolehkan berkumpul denganmu sambil tak henti mengucapkan asma Allah dan jam 3.30 kamu pun menghembuskan nafas terakhirmu. Aku hanya bisa pasrah dan ikhlas, meski kedua putrimu syok dan juga saudaramu tapi Allah memberikan ketegaran dan kekuatan hingga mampu tak menangis juga mengusap wajahmu dan menciummu serta membisikan "kita serahkan saja kepada Allah swt, pergilah dengan tenang kamu sudah menjadi suami dan bapak yang terbaik".
Aku sendiri yang mengurus surat kematianmu hingga kamu dibawa pulang kerumah dengan tenang saat menjelang shubuh. Diperjalanan pun ku iringi jenazahmu dengan "LA ILLAHA ILLALLAH". Jenazah mu disemayamkan diruang tamu, aku dan anak-anakmu langsung mengajikanmu. Ku lihat mereka sudah sedikit tenang dan ikhlas. Meski sesekali kami menangis, karena menginggat kepergianmu yang begitu cepat. Tetangga, teman dan bos tempatmu bekerja pun merasa kaget, mendengar berita kematianmu. Sabtu adalah hari terakhirmu bekerja.
Terlintas pikiran "mungkin kalau kamu pas di husada diberi suntikan, mungkin kamu masih hidup ya Pa", tapi ku tepiskan semua pikiran ku. Ku yakin diriku dan anak-anakku bahwa memang kamu sudah saatnya meninggalkan dunia ini. Jadi manusia hanya berusaha dan Allah jua lah yang menentukan. Mungkin kalau suamiku meninggal di rumah sakit husada berpa banyak biaya yang akan kami bayarkan. Tetapi karena Allah sudah menetapkan meninggalnya di rumah sakit pemerintah di IGD Tarakan maka hanya 250 ribu yang aku keluarkan untuk biaya ambulance.
Disini kita berdoa, semoga kelak kita bisa bersama beribadah di tanah suci. |
Hari minggu, 20 Januari 2019 empat hari menjelang kematianmu, aku sudah mendapatkan firasat engkau akan meninggalkan dunia ini. Aku pun mengutarakan firasatku kepadamu "Pa.. Ibu belum sanggup, kalau ditinggalkan bapak saat ini kasian anak-anak Pa masih butuh perhatian dan biaya". Apalagi anak-anakmu begitu dekat denganmu, karena kamu bukan hanya seorang bapak untuk mereka, tapi kamu juga seorang teman dan sahabat untukku dan anak-anak. Kamu hanya mengucapkan "semua manusia pasti akan mati bu dan ga usah takut karena udah Allah yang ngatur". Tidak lupa aku pun meminta maaf kepadanya sambil menciuminya dan memeluknya.
Sebab musabab ketika kita akan kembali kepangkuanNya
Saat itu kamu hanya batuk pilek, kamu pun masih melakukan aktivitas seperti biasanya menonton debat pilpres dan juga berita terbaru tentang Jokowi. Kamu adalah salah fans fanatik dari Jokowi masih di Solo. Saat pemilihan gubernur pun, kamu bisa memprediksi bahwa Jokowi adalah Joko Tingkir yang akan menjadi Presiden RI. Kalau sudah membicarakan Jokowi, kamu selalu bersemangat dan mengebu-ngebu, dan aku hanya bisa tersenyum saja.Senin pagi nya aku mengajakmu ke puskesmas, jujur perasaan takut sekali setelah mendapatkan firasat tentang kematianmu. Setelah dokter memeriksa dan menensi darah yang 185/120 menyarankan untuk selalu kontrol dan minum obat darah tinggi. Dokter memberikan obat darah tingi, obat batuk dan obat pilek. Lalu aku membelikanmu bubur agar kau makan sebelum meminum obat dari puskesmas.
Biasanya setelah minum obat dari puskesmas, kamu merasa baikan tapi ini malah sebaliknya. Kamu terus mengeluh dan merasa kamu semakin parah. Akhirnya rabu malam kita ke klinik dan dokter klinik memberikan rujukan ke rumah sakit. Saat itu kamu mengeluh kedua kaki dan tangan pada baal dan lemas juga pandanganmu ada dua. Sampai dirumah sakit husada (rumah sakit swasta), dokter senior hanya menyarankan memanfaatkan faskes pemerintah saja dan berobat jalan setelah diperiksa motorikmu bagus. Dan menjelaskan prosedur yang berlaku untuk BPJS, padahal dokter muda menyarankan akan menyuntik, tetapi setelah itu dojter senior itu memberikan pilihan mau dilanjut apa tidak pengobatannya. Akhirnya aku memutuskan membawamu pulang karena tidak puas dengan pelayanan rumah sakit itu.
Hobinya selfie dengan baju baru (30/01/2019) |
Aku menawarkan untuk membawamu kerumah sakit lain salah satunya IGD milik pemerintah. Tapi kamu menolaknya dan meminta besok pagi saja serta merasa masih kuat. Akhirnya kita pun pulang kerumah, tetapi kamu sudah gelisah dan semakin malam kondisimu bertambah drop. Dengan kondisimu yang begitu kamu masih bisa memelukku dengan erat hingga napasku merasa sesak. Andai aku tau itu pelukan yang terakhirmu, aku takkan melepaskan pelukan itu meski sulit bernapas dan tanpa kusadari airmata ini pun meleleh dalam pelukanmu.
Kamis, 24 jam tiga pagi, aku membawamu ke IGD di jalan madu, tapi sampai disana dokter menyarankan dibawa kerumah sakit tingkat 1. Akhirnya kamu kubawa ke Tarakan dan disana kamu langsung diperiksa. Dokter disana sangat sigap, kamu pun masih bisa mengeluh pada dokter meski bicara mu sudah pelo dan masih mengingat sholat. Tetapi kondisi malah tambah drop, mata pun terpejam terus hanya mengangguk dan menggerakkan tangan juga kaki karena merasa pegal-pegal.
Setelah dicek darah, di ronsen dan diberi obat, pukul 12 siang kamu di over ke ruang IW, diman disana diberikan pengobatan secara intensif dan tidak boleh ditunggui olehku. Dokter menjelaskan bahwa jantung kamu sudah bengkak. Ketika jam besuk, kamu masih merespon kami. Saudara-saudaramu yang dari Bogor, Prumpung dan Klender pun bergantian besuk. Karena ada peraturan yang harus ditaati ketika jam besuk. Selesai jam besuk (7 malam) kamu masih baik-baik aja, malahan kamu mengangguk ketika kubisikan "Bapak sekarang lagi disayang Allah, yang sabar ya Pa, kita serahkan saja semua kepada Allah ya Pa, jangan putus menyebut nama Allah ya Pa".
Dari situ kami semua tidak henti-henti berdoa dan menunggu diruang tunggu untuk keluarga pasien yang disediakan oleh pihak rumah sakit Tarakan Jakarta. Jumat, 25 Januari 2019 jam 1 pagi aku dipanggil oleh dokter karena napas mu semakin sesak dan memberimu bantuan oksigen dan menyuruh agar semua keluarga berkumpul. Aku terus menerus menangis dan menunaikan sholat Hajat memohon Kepada Allah swt agar menyembuhkan sakitmu. Dalam sholat pun terlintas bayanganmu yang terbungkus kain kafan.
Dalam doa pun ku panjatkan "memohon memberikan yang terbaik, apapun itu aku akan ikhlas menerimanya". Jam 3 pagi kami diperbolehkan berkumpul denganmu sambil tak henti mengucapkan asma Allah dan jam 3.30 kamu pun menghembuskan nafas terakhirmu. Aku hanya bisa pasrah dan ikhlas, meski kedua putrimu syok dan juga saudaramu tapi Allah memberikan ketegaran dan kekuatan hingga mampu tak menangis juga mengusap wajahmu dan menciummu serta membisikan "kita serahkan saja kepada Allah swt, pergilah dengan tenang kamu sudah menjadi suami dan bapak yang terbaik".
Aku sendiri yang mengurus surat kematianmu hingga kamu dibawa pulang kerumah dengan tenang saat menjelang shubuh. Diperjalanan pun ku iringi jenazahmu dengan "LA ILLAHA ILLALLAH". Jenazah mu disemayamkan diruang tamu, aku dan anak-anakmu langsung mengajikanmu. Ku lihat mereka sudah sedikit tenang dan ikhlas. Meski sesekali kami menangis, karena menginggat kepergianmu yang begitu cepat. Tetangga, teman dan bos tempatmu bekerja pun merasa kaget, mendengar berita kematianmu. Sabtu adalah hari terakhirmu bekerja.
Terlintas pikiran "mungkin kalau kamu pas di husada diberi suntikan, mungkin kamu masih hidup ya Pa", tapi ku tepiskan semua pikiran ku. Ku yakin diriku dan anak-anakku bahwa memang kamu sudah saatnya meninggalkan dunia ini. Jadi manusia hanya berusaha dan Allah jua lah yang menentukan. Mungkin kalau suamiku meninggal di rumah sakit husada berpa banyak biaya yang akan kami bayarkan. Tetapi karena Allah sudah menetapkan meninggalnya di rumah sakit pemerintah di IGD Tarakan maka hanya 250 ribu yang aku keluarkan untuk biaya ambulance.
Foto terakhirmu yang aku ambil saat kamu di IGD Tarakan Jakarta kamis jam 8 pagi wib. (24/01/2019) |
Ternyata kamu salah satu mahluknya yang dicintai Allah swt
Setelah kepergianmu, jujur dunia ini sangat berat ketika kaki ini melangkah keluar rumah. Seakan semua mata memandang mengasihaniku dan aku pun memilih diam dirumah mengisi waktu dengan mengirimkan doa untukmu. Serta mendengarkan tausyiah Ustadz Abdul Somad dan Ustadz Adi Hidayat di channel youtube nya. Disitu ada ceramah tentang ciri-ciri orang yang dicintai oleh Allah. Salah satunya setiap hari disibukkan dengan mendekat diri KepadaNya, dan itu yang kulihat pada dirimu.
Setiap hari kamu berusaha untuk lebih baik dan menyayangi aku dan anak-anakmu. Ibadah mu pun semakin baik lagi, makanya ketika melihat terus berurai airmata dan aku mengusapkannya tetapi kamu pergi dengan senyuman. 70 ribu malaikat datang menjemputmu sambil bertasbih dan membawa kabar baik juga memperlihatkan surga kepada mu. Kini aku mengerti arti airmata mu (mungkin kamu bersedih karena harus meninggalkan anak dan istrimu), tetapi karena Malaikat Allah menunjukkan surga akhirnya kesedihanmu pun berganti kebahagiaan.
Subhanallah, karena kamu sudah istiqomah dan Allah pun mengambilmu pada hari Jumat dan menjelang shubuh. Dimana Allah akan membebaskan mu dari siksa kubur yang menakutkan karena kamu meninggal pada hari Jumat. Terlihat jelas kedamaian dan ketenangan dalam wajahmu yang seperti sedang tertidur pulas dan bermimpi indah.
Allah jelas menunjukkan, apa yang diperbuat sewaktu hidup adalah kebaikan maka akan diberikan kemuliaan saat kembali ke Rahmatullah. Cuaca saat itu hujan deras, tapi ketika kami memandikan mu seketika hujan berhenti. Dan kembali hujan ketika kau dikafani. Saat kau siap disholatkan di masjid pun hujan reda, dan cerah ketika kau siap dikebumikan di Bogor. Warga di Bogor pun berbondong-bondong ingin mendoakan dan menyolatkanmu. Allah memang mempermudah segalanya untukmu beb. Jarak tempuh Jakarta-Cemplang Bogor hanya 1 jam padahal meski lewat tol itu membutuhkan waktu sampai 3 jam.
Kota Bogor dikenal dengan kemacetan juga angkot yang membludak. Jumat pukul 13.30 kamu sudah di semayamkan ditempat peristirahatanmu yang terakhir. Sekarang kamu sudah tenang disana, semoga Allah memberikan tempat yang terbaik diSisiNya. Kini kamu sudah berkumpul dengan kedua orangtua mu yang begitu kau sayangi. Semoga kita akan berkumpul di akhirat nanti. Amin ya rabbal 'alamin.
Terakhir digandeng olehmu beb (17/01/2019) Grand Indonesia disaat-saat terakhir pun kamu terus memberikan kebahagian untuk kami |
Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dari kematianmu. Sebaiknya perbanyak bersedekah dan menyayangi orangtua dan sesama.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Dada saya ikut sesak. Sebagai teman, saya hanya bisa memberi doa yang terbaik untuk almarhum. Mbak Tati orang baik, saya pun yakin suami juga orang yang sangat sangat baik.
BalasHapusAl-Fatihah. Mugi dilapangkan kuburnya, diberkati amalnya oleh Allah. Semoga Mbak Tati sekeluarga dinaungi kesabaran, kekuatan, kelapangan hati, dicukupkan rizki. Aamiin :')
Iya kepergiannya yang begitu sehingga membuat kami syok dan bersedih.
HapusYa Allah 😭😭 mbak nasib yg sama seperti yg saya alami sama persis suami meninggal sakit hanya bbrpa hari sama percis kronologisnya 😭😭meninggalkan 2 anak yg masih kecil yg masih membutuhkan sosok seorang ayah...sampai skrng masih tdk menyangka ditinggalkan secara mendadak 😭😭
HapusSemangat y makk,,, yakin krn Allah tahu kamu bisa dn mampu menghadapinya
BalasHapusInsya Allah mak qw akan sabar menghadapinya
HapusBeb Tati, you are not alone.InsyaAllah Bebeb tersayang sdh tenang di tempat terbaik di sisiNYA.Selalu ikhlas dan harus kuat menerima ini semua. Kita saling mendoakan dan menguatkan ya. Lafff you
BalasHapusIya mak makasih supportnya dan doanya semoga kita selalu diberi kesabaran ya mak
HapusMasyaAllah... Saya ikut belajar dalam menjemput kematian terbaik dari artikel ini, terharu bacanya. Semoga Allah memberikan tempat terbaik disisi-Nya untuk suami mbak Tati ya... Aamiin..
BalasHapusAmin.. Terima kasih Ka semoga ini jadi pembelajaran bagi kita yang masih hidup.
HapusAndai begini, andai begitu tapi itulah takdir dan jalan yang harus kita lalui. Semangat mak menjalani hidup demi anak anak dan kucing kesayangan.
BalasHapusOh alaah mpo jadi ingat sama kucing mak ya.
sabar ya tati...semoga Allah melindungi kalian semua. Insha Allah Alm bebeb husnul khotimah.
BalasHapusInsyaa Allah almarhum husnul khotimah ya mba.
BalasHapusNangis sambil baca,ba Tati semoga diberikan kekuatan membimbing anak-anak
Aamiiin terima kasih mba
HapusTurut berdukaa citaa ya mbak, semoga almarhum suami mbak tati diberikan tempat terbaik disisiNya, insya Allah khusnul khatimah mbaak. . Aamiin . .
BalasHapusKematian menjadi pengingat untuk kita yg masih hidup agar senantiasa berbuat dan brbagi kebaikan dengan niat mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah. .
Semoga beliau husnul khotimah mbak. Jadi inget papa rahimahullah, pelo menjelang meninggalnya. Itu tanda mau pergi ya :(
BalasHapusIya sama gejala nya
Hapusya allah ceritanya sama persis yang aku alami sekarang ini
BalasHapusSabar ya Ka..ikhlaskan
Hapusnjih tetap sabar kita senasib
BalasHapusAamiin... selalu diberi kesabaran
Hapusnjih tetap sabar kita senasib
BalasHapussenasib
BalasHapusy Allah... apa yg saya alami sekarang sama persis dengan smpeyan mbak, sya masih 28 tahun punya 1 anak umur 2 tahun dan suami sya meninggal di umur 29 tahun 47 hari lalu. meninggalnyapun sama di hari jum'at manis ba'dha sholat jum'at. suami saya raf sanjani bin h. hefny ghozali, ketika telah menghembuskan nafas terakhir beliau sprti org sedg tidur,,, semoga ALLAH membebaskan suami saya dan smpeyan mbk dari siksa kubur.. dan semoga nnti kita bisa berkumpul kembali di syurga ALLAH. Aamiinnn ya Rabbal Alamin .....
BalasHapusAamiin Allahumma Aamiin
Hapusaslkm smga husnul khotimah alm dterima di sisi allah mnjadi ahli syurga..aamiin yra
BalasHapussmga smua istri yg ditinggalkan suami ny mendahului kita di dunia...bisa bertemu kembali dsyurga nya allah swt.
aamiin
BalasHapusYa Alloh, sami dengan yg saya rasakan saat ini bu tati 😭😭, 40 hari sudah suami berpulang ke Rakhmatulloh karena pembengkakan jantung, penyesalan, rasa bersalah dan kehilangan luar biasa sy rasakan, krn merasa bkm bakti dan merawat beliau dengan baik, semoga saya bisa kuat dan ikhlas spt bu tati demi anak2 saya , saling mendoa nggeh bu 🤲🙏
BalasHapusAamiin sinh sabar ya ka
HapusYa Allah nangis bacanya, saya juga baru kehilangan suami saya. Beliau meninggal di hari senin 26/7/21 . semoga kita semua diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi ini semua.
BalasHapusAamiin..selalu diberi kesabaran dan kekuatan
HapusYa Allah kak saya juga sama mengalami ditinggal suami yg begitu baik dan sayang SM anak2 dan istrinya rasanya sakit dadanya kak,, kepergian suami saya begitu mendadak ditgl 14 Januari 2022 dihari Jumat ,,dia seperti orang tertidur kak ,, rasanya seperti mimpi kak sakit,,tapi saya harus ikhlas supaya suami saya tenang disisi Allah ,, Allah begitu sayang pada suami saya,, rasanya nikmat banget kak,, semoga saya bisa seperti kak Tati bisa kuat dan sabar
BalasHapusAamiin..semoga kita selalu diberi kekuatan dan kesabaran ya Kak, Allah lebih sayang pada suami kita. Semoga alm husnul khotimah
HapusAmin ya allah3
Hapus