Akibat Iklan Menyesatkan Masih Banyak Ibu Di Indonesia Beri SKM Pada Anak
Padahal sudah dua tahun lalu kampanye #SKMbukanSusu digaungkan, melalui sosial media, youtube, website tapi ternyata masih saja ada Ibu yang memberikan SKM pada anaknya. Miris memang, entah karena memang minim literasi atau informasi, padahal Yaici, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah sudah mencoba segala cara, agar para ibu di Indonesia tidak terkecoh. Mirisnya lagi masih aja ada aja iklan yang mempromosikan skm dengan slogan "susu segar baik untuk pertumbuhan dan membuat anak cerdas". Kacau dah, padahal yang memproduksi iklan tersebut orang yang berpendidikan tinggi, pasti lebih tahu dan pernah belajar susu yang baik untuk pertumbuhan.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga pula, masyarakat Indonesia minim literasi dan kini dihantam pula oleh pandemik yang hampir satu tahun melanda. Terbentur ekonomi yang mengakibatkan sebagian ibu memilih SKM diberikan pada buah hatinya, entah sadar atau tidak sadar akibat yang mengintai. Stunting dan gizi buruk bahkan anak usia dini sudah menderita diabetes tipe 1.
Fakta Seputar Susu Kental Manis (SKM)
1. SKM mengandung gula sebesar 40-50 persen
2. Kadar gula yang tinggi pada SKM meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak-anak
3. Asupan gula yang berlebihan akan merusak gigi anak
4. Kandungan gizi SKM lebih rendah dibandingkan jenis susu lainnya
5. Kalsium dan protein SKM lebih rendah daripada susu bubuk atau susu segar.
Dampak pandemik Covid 19 pada generasi emas 2045
Pandemi ini masih berakhir, malah banyak balita yang terpapar virus COVID 19 hingga mengakibatkan kematian. Dan Keadaan ini mengakibatkan seluruh masyarakat Indonesia mengalami multi krisis, makin banyaknya karyawan yang dirumahkan. Setiap hari bertambah pasien Covid, dewasa hingga manula, dan khususnya pada anak-anak yang berpotensi sangat rentan pada penyakit. Maka, solusi terbaik untuk membentengi calon-calon generasi emas 2045 ini adalah dengan pemberian asupan gizi yang cukup untuk meningkatkan imunitas tubuh anak. Sayangnya pembagian susu anak usia 3+ ini tidak merata.
Beberapa hari lalu dalam virtual konferensi pers Hasil Penelitian Persepsi Masyarakat tentang Kental manis, dengan narasumber :
1. Arif Hidayat SE.,MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI)
2. Dra. Chairunnisa M.Kes, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah
3. Dr. Erna Yulia Soefihara, Ketua Bidang VII, PP Muslimat NU
4. Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod. Gizi, Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
Pemaparan pembuka dari Dr. Tria Astika Endah Permatasari, SKM.MKM, Dosen Prod. Gizi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta mengingatkan pemberian susu untuk anak harus disesuaikan dengan kategori usia. Bahwa untuk usia 0-6 bulan, berikan ASI ekslusif, karena zat gizi yang dibutuhkan anak usia 0-6 bulan pertama tersebut, ada pada ASI.
ASI susu terbaik untuk pertumbuhan danbperkembangan bayi
Begitu banyak susu formula yang baik untuk pertumbuhan dari harga yang standar sampai harga yang tak terjangkau, tetapi susu yang terbaik untuk bayi hingga usia 2 tahun adalah ASI. Dalam kandungan ASI yang tidak terdapat pada susu lain adalah ASI mengandung Kolostrum dan berbagai Immunogobulin terutama IgA, Growth factors, HMO, dan sumber zat gizi ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Berbeda dengan bayi usia 0-6 bulan, untuk bayi usia 6-9 bulan tetap diberikan asi, tapi di usia 6 bulan keatas bayi tersebut butuh makanan pendamping seperti memberi makanan lunak sebanyak 3 kali sehari. Sebaiknya untuk anak usia 6 bulan diberi bubur 6 sendok saja, usia 7 bulan diberi bubur 7 sendok. Untuk bayi yang sudah berusia 8 bulan sudah bisa diberi makanan yang dilumatkan seperti nasi tim yang disaring. Usahakan membuat sendiri, hindari makanan instan.
Pada usia 9-12 bulan bayi tetap diberi asi, dan makanan yang lembut. Usia 9 bulan bisa diberi nasi tim sebanyak sendok, untuk usia 12 bulan sudah bisa diberikan nasi atau makanan orang dewasa. Ditambah selingan atau cemilan seperti biskuit, buah, atau kue sebanyak 2 kali sehari. Untuk usia 6-24 bulan berikan MP-ASI dengan komposisi beragam seperti makanan pokok, lauk hewani dan nabati, sayur, buah. Pangan tinggi gizi dan berikan sering sebanyak 3 kali sehari dan asi tetap diberikan.
Pada beberapa penelitian yang dilakukan akademisi pada 2019, yang dilakukan di Potong Lintang di salah satu kecamatan di Jabar, dari 122 responden balita, anak-anak yang mengonsumsi krimer kental manis lebih dari 1 gelas per hari lebih berisiko mengalami berat badan kurang dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi kurang dari jumlah tersebut.
Tak hanya itu, penelitian yang dilakukan YAICI, PP Muslimat NU dan PP Aisyiyah tentang Persepsi Masyarakat Tentang Kental Manis pada 2020 juga menunjukan hasil yang serupa. Penelitian dilakukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku. Total responden adalah 2.068 ibu yang memiliki anak usia 0 – 59 bulan atau 5 tahun.
Kenyataan ini yang membuat kita semakin miris dan bersedih, dimana sebanyak 48% ibu mengakui mengetahui kental manis sebagai minuman untuk anak adalah dari media, baik TV, majalah/ koran dan juga sosial media dan 16,5% mengatakan informasi tersebut didapat dari tenaga kesehatan. Semoga Ibu semakin cerdas dan persepsi tentang skm bisa berubah.
YAICI telah berkomitmen melakukan edukasi yang berkelanjutan bagi masyarakat, dalam rangka mewujudkan generasi yang unggul dimasa mendatang. Pandemi memang sempat menjadi hambatan dalam mengedukasi masyarakat tahun ini, tentu tidak seefektif bila edukasi secara langsung dengan masyarakat. Arif mengatakan, upaya ini tidak boleh terhenti, karena itulah kami berharap hasil penelitian ini dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan parstisipasinya dalam mengedukasi masyarakat. Semoga yang membuat iklan yang menyesatkan bisa lebih bijak dan tidak memikirkan keuntungan semata.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah mampir dan pembaca yang baik selalu meninggalkan komentar setelah selesai membaca.